Perayaan Natal Terbuka di Ruang Publik Jakarta 2 Tahun Terakhir, Hal yang Belum Pernah Terjadi
19 Desember 2019. Saya berdiri menyaksikan sekelompok Paduan Suara beranggotakan 30 orang Ibu Ibu jemaat Gereja menaikkan pujian “Kami Memuji Kebesaran Mu”, saduran dari “How Great Thou Art”, diiringi dengan tiupan sangkakala yang bertalutalu. Sebagai hamba Tuhan, hati saya bergetar. Bukan hanya karena nyanyiannya, tapi karena tempat di mana paduan suara itu berdiri.
Tepat di belakangnya berdiri tegak Patung Selamat Datang, di Bundaran Hotel Indonesia. Sekitar 1,3 kilometer dari titik ini, di jalan Thamrin berdiri tegak Pohon Natal yang dibuat dari bahan bekas, dirangkai oleh siswa/i Yayasan Tarakanita, Suster dan Jemaat di Gereja Katolik Keluarga Kudus, dan para Pasukan Oranye dari Pemprov DKI. Sesudah 74 tahun Indonesia merdeka baru kali ini bisa terjadi.
Saya bersyukur diberi kesempatan menyaksikan Christmas Carol dan berdirinya pohon Natal di ruang publik, tepat di jantung Ibukota Republik ini! 19 Desember 2021. Saya ikut menghadiri Christmas Market di Plaza Fatahillah Kota Tua, menyaksikan pertunjukan video mapping dan Christmas Carol yang membuat perayaan Natal di tengah tengah masa memprihatinkan ini menjadi lebih bermakna. Perjalanan dua tahun terakhir ini mungkin adalah masa paling penuh pelajaran bagi umat Kristiani di tanah air.
Kita menutup 2019 dengan sukacita saat Natal dirayakan dengan meriah, namun mengarungi 2020 dan 2021 dengan seribu satu cerita tentang pergumulan menghadapi krisis Kesehatan dan juga ekonomi. Tak terhitung jumlah jemaat yang terdampak, dari kehilangan pekerjaan sampai kehilangan keluarga yang berpulang ke Rumah Tuhan. Dalam Kolose 1:23 Rasul Paulus berpesan bahwa umat Kristiani harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang.
Inilah yang kiranya menjadi pegangan bagi segenap umat selama sejarah panjang perkembangan Gereja di tanah air, terutama dalam berbagai tantangan yang dihadapi semasa pandemi. Karena itu kita patut bersyukur bahwa pengharapan yang terus hidup itu berkulminasi dengan diperbolehkannya perayaan Natal secara terbuka di ruang publik Jakarta selama dua tahun terakhir ini, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Awalan baru di ibukota ini sungguh benar benar terobosan yang tidak pernah terbayangkan bisa terjadi.
Semoga menggulirkan semangat yang lebih tinggi kepada umat di seluruh Indonesia. Semoga kita lebih aktif berkontribusi untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, dan selalu saling mengingatkan satu sama lain bahwa menjadi Kristiani juga menjadi Indonesia. Dan menjadi Indonesia berarti bukan hanya menerima kenyataan bahwa kita beragam, tapi terlebih lagi senantiasa berjuang untuk mengusahakan persatuan di masyarakat kita.
Selamat Natal untuk seluruh umat Kristiani, semoga Cinta Kasih Kristus selalu menggerakkan persaudaraan di antara kita. (*)